Memahami Keinginan (wants) dan Kebutuhan (needs) dalam Karakter Cerita


Kedua aspek ini penting terutama dalam memahami penulisan sebuah cerita dengan konsep character driven story (character arc) atau atau lebih dikenal dengan archytype. Diketahui bahwa dalam arcplot, tidak semua perubahan terjadi pada character (tokoh utama) walaupun perubahan itu dimaksudkan kepada penonton yang memiliki cara pandang yang lebih menyeluruh pada film. Memahami keinginan dan kebutuhan adalah salah satu aspek yang penting, selain memahami aspek lain seperti belief dan shadow. Sekarang kita akan membahas kedua aspek itu agar bisa lebih memahami agar bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Premis memiliki sebuah unsur motif untuk menggambarkan keinginan karakter, namun dalam perkembangannya keinginan sering kali ditafsirkan dengan kebutuhan. Pada awalnya, premis menggunakan bahasa Inggris (wants) yang berarti keinginan dimana seorang karakter bertujuan sehingga pada mengarah kepada suatu akhir (ending cerita). Pada artikel - artikel sebelumnya saya menggunakan kata "motif" dalam menjelaskan unsur unsur dalam premis, yang mana sebenarnya menggambarkan "keinginan' tersebut. Pada penjelasan lain seperti dalam buku McKee, menggunakan istilah desire dalam menggambarkan unsur motif. dalam artikel ini akan dijelaskan istilah - istilah tersebut dan kegunaannya pada premis.

Motif berasal dari kata motive, yang biasa kita dengar motivasi atau motivation yang bermakna alasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Bisa juga diartikan sebagai dorongan yang menggerakan seseorang. Motif seolah menyembunyikan dua hal yang abstrak yakni sebab dan akibat, motif menjelaskan adanya hubungan antara kedua hal. Diantara lapar dan kenyang ada makan, seperti halnya diantara haus dan kembung ada minum. Pada artikel sebelumnya yang berjudul Premis Sederhana saya menggunakan istilah "motif" dalam menggambarkan keinginan dan bahkan disitu penjelasan motif adalah "selalu diawali dengan kata ingin...". 

Adapun desire, yakni hasrat bermakna pada "harapan". Pada KBBI istilah "hasrat" adalah kecenderungan manusia mencari, memperoleh, menggunakan, dan menyimpan barang. Hasrat juga adalah harapan yang kuat.

Jadi kita memiliki kata motif, hasrat atau keinginan yang dimiliki karakter dalam mencapai tujuan. Lalu bagaimana istilah kebutuhan? apakah masih memiliki makna yang sama, apakah sepadan dengan kata kata sebelumnya?

Untuk menjelaskan itu mari kira bahas unsur premis sebelumnya yakni karakter, yang diartikan sebagai tokoh atau seseorang yang akan menjadi pelaku utama dalam cerita atau apa yang dikenal dengan istilah protagonis. kata ini berasal dari kata proto dan agon. Proto bisa disebut dengan primitiva atau terdahulu atau prima utama, dalam bahasa yunani proto adalah pertama. Kemudian agon dalam bahasa Yunani yang berarti lomba atau kontes. Agoniste juga biasanya dimaknai sebagai orang yang terlibat dalam sebuah perjuangan atau pertarungan. jadi bisa disimpulkan bahwa protagonis adalah perjuangan utama. Karakter yang menjadi tokoh adalah pusat dari cerita, bisa dikatakan bahwa dunia berubah atas keputusan dan pilihan yang dia perbuat. Karakter adalah seseorang yang merasakan langsung dari keputusan dan pilihan yang dia lakukan. 

Disini protagonis memiliki sifat dan inilah yang menjadi sebab dari unsur keiginan. Memang sering kali keliru menempatkan "karakter" dan "sifat" untuk menggambarkan unsur premis ini, yang saya maksud sebenarnya; karakter adalah tokoh yang bersifat. Karena sifatnya ini maka seorang karakter kemudian memiliki motif.

Pada perkembangan pembuatan premis (pada artikel - artikel di blog ini) biasanya menggunakan istilah "keinginan" dalam menggambarkan motif sehingga sering kali saya menggunakan istilah KKK dalam rumus SWS yakni karakter-keinginan-konflik. Ini memang berbeda, namun saya memiliki alasan tersendiri yang akan saya jelaskan berikut.

Seorang karakter memiliki sifat, dan sifat ini terbentuk secara lahiriah dan dia hanya punya dua tindakan untuk menanggapi sifatnya yakni menerima atau menolak sifatnya. Jika menerima maka dia akan memanfaatkan sifatnya. Jika dia menolak maka dia akan menghilangkan sifatnya. Kedua ini adalah sifat yang akan nanti membentuk motif, atas sifatnya ini maka timbulah motif. Bisa dikatakan bahwa diantara penokohan dan keinginan ada sifat, inilah atribut. Hasrat tidak lain dari tindakan atau upaya dalam menerima atau menolak sifatnya. Kemudian bagaimana dengan kebutuhan?

Dalam menjelaskan kebutuhan bahwa dalam sifat ada efek rohaniah dan jasmaniah, McKee menyerbutnya sebagai unconscious dan conscious desire, bahwa desire pun ada dua yang sifatnya dirasakan atau disadari dan ada yang tidak disadari, dan inilah kebutuhan. Bisa dikatakan bahwa keinginan adalah jasmaniah (konkrit) dari motif sedangkan kebutuhan adalah sifat.

Dalam praktik inilah yang harus kita pahami terlebih dahulu sebelum menempatkan keinginan dan kebutuhan. berikut adalah butir butir penujelasan singkat mengenai penggunakan konsep keinginan dan kebutuhan dalam pratik penulisan skenario;
  1. Dalam premis, menggunakan konsep "keinginan" yang dimana perlu dilakukan karakter dalam bentuk visual.
  2. Dalam sinopsis, apa yang perlu dilakukan oleh karakter itu terbentuk akibat catalyst yang terjadi pada inciting incident. Sedangkan kebutuhan, sudah ada sejak awal dan itu adalah dorongan rohaniah unconcious atau bisa juga disebut sub-concious.
  3. Artikel ini sudah sesuai dengan konsep 4 jenis ending, yakni Happy, Tragic, Ironic dan Sad Ending.

===akan diupdate pada mei 30 2022=== 

Posting Komentar

0 Komentar