Diskonstruksi Malin Kundang

 


Sani menganggap tidak logis bagi seorang ibu Muslim untuk mengutuk anaknya, sebejat apapun dosanya.

- Said, Salim (1991). Pantulan Layar Putih: Film Indonesia dalam Kritik dan Komentar

Ini adalah pembahasan lanjutan dari artikel yang mencoba mengungkap adanya krancuan dalam dongeng rakyat : Malin Kundang. Artikel ini memiliki landasan keteguhan bahwa dongeng rakyat yang sudah dipercayakan sebagai wadah dari nilai - nilai budaya ini patut dihormati. Salah satu cara penghormatan ini adalah dengan melengkapi dan menyempurnakan dongeng ini dengan argumen yang valid. Acuh, menutup mata terhadap kejanggalan ini ataupun absen terhadap masalah ini bisa membiarkan kecacatan dan bukan penentuan sikap yang tepat. Tentu penghormatan terhadap dongeng rakyat ini adalah dengan menyediakan logika, dengan sikap kehati - hatian melalui metode. Seperti yang dilakukan oleh Asrul Sani, dia menggunakan logika sebagaimana argumen yang sama juga digunakan oleh penulis dalam artikel sebelumnya.

Maaf itu tidak perlu karena sudah pasti seorang orang tua memaafkan anaknya. hal hal itu sangatlah logis, relevan dan rasional. Dalam membuat cerita, hal hal ini menjadi penting untuk dipahami untuk menumbuhkan nilai yang organik dan tidak menciptakan otoritas yang manipulatif atau mekanistis.

- artikel Ada yang Salah dengan Cerita Malin Kundang

Ada 3 hal yang akan digunakan oleh penulis dalam mengungkap kesalahan teknis dalam Malin Kundang yang mana bisa dikaji dengan link yang menyediakan penjelasan masing - masing konsep; Premis / Logline, Chekof's guns, dan 3 act structure.

Premis ini menggunakan rumus karakter, keiginian dan konflik akan tetapi dalam konsepnya cerita ini beralih dari karakter Malin Kundang ke Ibunya. Malin Kundang adalah anak yang ingin menjadi seorang yang sukses dan ini telah dicapai ketika dia menjadi saudagar kaya, membeli perahu dan menikahi gadis cantik. Akan tetapi dengan akhir dimana dia menjadi batu adalah sebuah cerita yang tidak lagi relevan dengan keinginannya. Artinya disini kita mengetahui sebuah cerita itu hanya menceritakan seseorang yang berkeinginan, berkehendak dan bagaimana akhirnya. Pada dongeng Malin Kundang, menjadi batu tidak lagi relevan dengan keiginan atau kehendaknya. Artinya cerita Malin Kundang itu adalah sebuah penuturan dari beberapa cerita mungkin lebih dari dua bagian artinya ada beberapa premis sesuai dengan karakter utamanya. Penyederhanaan premis cerita Malin Kundang bisa dimulai dengan bagian awal cerita ini;

Seorang anak yang ingin menjadi sukses namun dihadapkan oleh ibu yang sangat menuntut ketaatan.

Bagian awal cerita ini bisa saja Malin Kundang sebenarnya meninggalkan kampungnya secara terpaksa atau tidak sengaja terbawa dalam perahu, bisa saja diculik atau sebagainya. Malin Kundang adalah anak yang dianggap shaleh karena taat kepada ibunya.

Chekhov's gun adalah prinsip dalam penulisan cerita yang menyatakan bahwa setiap elemen yang diperkenalkan harus memiliki pengaruh atau kontribusi terhadap alur cerita secara keseluruhan. Prinsip ini mengajarkan penulis untuk memilih dengan hati-hati setiap detail yang dimasukkan dalam cerita, memastikan bahwa mereka memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan alur cerita atau mengungkapkan karakter. Dengan menerapkan prinsip ini, penulis dapat meminimalkan elemen yang tidak penting dan memastikan setiap elemen memiliki tujuan yang jelas dalam cerita. Elemen apa saja yang bisa digunakan dari cerita Malin Kundang;

  1. Kehadirdan tokoh Malin Kundang yang dipengaruhi oleh lingkungannya, melainkan ibunya semata artinya ada pengaruh fenomena tidak ada figur lelaki dalam keluarga. Tetua atau figur yang dituakan dalam lingkungan dia tumbuh
  2. Sikap ibunya akibat dari tidak adanya lelaki dalam keluarga.
  3. Perbedaaan pandangan antara Ibu dan Malin Kundang.
  4. Perlunya disebutkan dari awal mengenai kutukan batu sehingga tidak seolah olah muncul hanya menyelesaikan cerita
Jika menggunakan penuturan 3-act structure maka ada awal, tengah dan akhir. Cerita tersebut dimana ibunya mengutuk menjadi batu tentu tidak sesuai dengan penuturan tersebut. berikut penjelasannya;
  1. Di awal cerita menjelaskan keseharian Malin Kundang, dan juga menculnya keinginan untuk menjadi sukses kaya raya.
  2. Tengah cerita dia menjelaskan kesadaran bahwa demi menjadi sukses dia harus keluar dari kebiasaan tersebut maka terjadi inciting incident. 
  3. Akhir cerita menjelaskan apakah keiginannya itu tercapai

diatas jika akhir ceritanya adalah ibunya mengutuk dia menjadi batu tentu tidak sesuai dengan awal cerita, Jika akhir cerita Malin Kundang menjadi batu harus disesuaikan dengan awal cerita. Sehingga perlu dibuatkan lagi cerita yang berbeda dengan premis yang berbeda. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan di awal mengenai premis cerita tersebut.

Melalui analisis pertama, kita ketahui bahwa ada cerita baru dan bangkan rangkaian cerita yang memulai-nya dari hubungan dia dan ibunya, keberhasilan dia keluar dari kampungnya dan dia berhasil menjadi seorang yang sukses. Prihal dia pulang ke kampungnya dan kemudian mengalami komplikasi, itu harus dibuatkan premis baru dan atau tidak lagi mengikuti premis awal. Atau bisa dibuatkan saja seorang lelaki yang sudah keluar dari kampunyanya dan menjadikan kisa hubungan dia dan ibunya sebagai flash-back. Pada intinya, diperlukan sebuah high-concept dibandingkan premis untuk cerita Malin Kundang.

Analisis kedua menunjukan bahwa prihal kutukan ini seolah-olah muncul begitu saja tanpa dijelaskan di awal cerita. Kedua, apa yang membuat Malin Kundang malu akan ibunya ini juga tentu sesuatu yang tidak disangka jika mengikuti aturan plot sebab-akibat. Analisis kedua menunjukan bahwa sikap-sikap ini muncul begitu saja tanpa perlu ada penjelasan.

Seperti halnya analisis pertama, melalui 3-act structure menunjukan bahwa tidak ada informasi bagaimana rentetan kejadian dalam kisah ini terjadi secara runut.

Semakin kita memahami cerita, semakin juga kita bisa melihat bahwa ada sebuah permasalahan yang perlu dikaji karena adanya struktur yang harus disesuaikan. Maka tidak sedikit yang disampaikan mengenai cerita yang seolah-olah memaksakan saja sebuah pesan yakni "berbakti kepada orang tua" dariapda "akibat durhaka" yang mana hanyalah mitos belaka.

Posting Komentar

0 Komentar