Ada yang Salah dengan cerita Malin Kundang ?

Sekitar 12 rahun yang lalu, pengungkapan ini terjadi di dalam ruang kelas belajar menulis seknario film ketika menyusun kembali premis atau loglinenya. Landasannya adalah bahwa semua film pasti memliki premis atau logline, semua cerita (dan juga dongeng) pun memilki premis dan logline. Sebuah cerita memiliki pola, setidaknya semua cerita memiliki karakter, keinginan dan konflik. Semua cerita harus setidaknya memiliki sebuah unsur yang kurang lebih sama.

Dalam hidup, tidak semua hal atau kejadian datang sesuai dengan harapan...

Kita memaknai semua hal dalam hidup kita dengan untaian kata yang bijak, dan itu bisa saja disampaikan melalui cerita. Kisah Malin Kundang, diketahui secara umum tentang pesan moralnya mengenai kebijaksaaan mengenai hormat kepada orang tua. Bahwa kita harus senantiasa mencintai orang tua kita apalagi jika mereka telah menghabiskan waktu mengurusi dan bahkan mengasuh kita hingga kita menjadi orang yang sekarang ini. Jika kita tidak membalas dengan berbakti maka kita akan menyesalinya. Puncak penyesalan Malin Kundang, karena tidak mengakui ibunya sendiri dan menjadi durhaka dan dikutuk sehingga menjadi batu.

Akan tetapi diungkapkan banyak yang salah dalam dongeng tersebut dan jika dianalisa melalui teori cerita maka hal tersebut bisa diperlihatkan. Melalui teori ini maka kita bisa melihat betapa rentannya cerita Malin Kundang jika diungkapkan kembali maksud utamanya. Malin Kundang telah durhaka, dan itu dianggap sebagai kesalahan fatal bagi orang-orang Asia. Felial pity, adalah sebuah gagasan bagaimana seorang anak harus berbakkti kepada orang tua dan gagasan ini sangatlah besar pengaruhnya di kawasan Asia.

Cerita Malin Kundang, mengisahkan betapa penting untuk berbakti kepada orang tua. Akan tetapi tidak diceritakan bagaimana Malin Kundang berubah dari seorang anak yang taat dan memutuskan untuk merantau lalu kembali menjadi saudagar kaya dan tidak mengakui ibunya. Apakah uang yang membuat dia durhaka ? Siapakah istrinya ? lalu perubahan itu tentu tidak terjadi dalam satu malam, ada prosesnya, lalu bagaimana perjalanan dia ? Pertanyaan-pertanyaan ini seolah tidak relevan ketika dibaca tetapi penjelasan selanjutnya akan terlihat jelas kenapa bisa muncul. Akan tetapi mari kita rumuskan kembali pertanyaan-pertanyaan ini sehingga kita nanti susun kembali maksud dari pengungkapan yang akan diperlihatkan.

Pertanyaan-pertanyaan dalam dongeng Malin Kundang yang paling penting sehingga perlu disampaikaikan yang menjadi unsur kerentanan adalah :

  1. Kenapa Malin Kundang harus merantau ? mengingat bahwa orang tuanya sangat menyayangi dirinya, bagaimana tentang dunia diluar kampungnya?
  2. Bagaimana hubungan ibu dan Malin Kundang terhadap ayahnya ? apa kesan psikologis seorang ayah terhadap dua karakter ini ?
  3. Bagaimana peran dan juga orang orang disekitar Malin Kundang terhadap psikologsi dirinya ? tentu jika ibunya yang tulus mengasihi dan menyayangi dirinya akan berbekas, karena sesuai dengan budaya di Asia, Kasih ibu berlaku sepanjang masa.
  4. Bagaimana dengan mitos dan kepercayaan doa ibu yang mana sangat ampuh ? hal ini tentu menjadi pertanyaan karena bagaimana mungkin seorang ibu menginginkan anaknya celaka ? mungkin saja ibunya kalap atau sedang mengamuk namun juga bisa menyesali perbuatannya.

Malin Kundang adalah cerita yang dikenal secara luas di kalangan Melayu. Adapun cerita ini memiliki judul yang berbeda seperti "Si Tenggang" (Malaysia), "Nahkoda Manis" (Brunei), "Sampuraga" (Mandailing dan Kalimantan). Cerita yang sama bahkan telah tercatat pada sebuah dokumen kuno yang ditulis tahun 1990 oleh seorang WW Skreat yaitu Malay Magic : Being an introduction to the folklore and popular religion of the Malay Peninsula. Skreat mengatakan ada dongeng dengan judul "Carita Megat Sijobing" bercerita tentang anak yang pergi ke negara lain, dan menjadi kaya sehingga mampu membeli perahu untuk berlayar. Ketika sudah bisa berlayar jauh, ada sebuah pulau yang meminta-nya berlabuh dengan alasan seorang mengaku sebagai ibunya, tetapi ditolaknya. Melihat perahunya menjauh, seseorang yang mengakui Ibu itu menangis dan dan berdoa penuh penyesalan. Doa itu membuat perahu dan segala isinya termasuk awaknya menjadi batu.

Filial Piety atau berbakti kepada orang tua itu tercermin sangat kuat dalam film di Asia, bahwa seorang tua akan rela berkorban untuk seorang anak. Sehingga diharapkan seorang anak sebaliknya harus berbalas budi dengan berbakti kepada orang tua. berbakti kepada orang tua menjadi filsafat yang berperan sebagai nilai - nilai kebajikan.

Cerita Malin Kundang adalah salah satu pandangan akan resiko atau konsekuensi yang terjadi bila seorang memilih untuk tidak menjalankan kebajikan. Film Turning Red (2022) menunjukan bahwa berbakti kepada orang tua (seorang ibu) itu berat, karena orang tua cendrung untuk memanipulasi anaknya dengan dalih demi kesuksesan. Cerita novel Crazy Rich Asian (2018), menunjukan bahwa kekuasaan seorang ibu bisa mempengaruhi kebahagian anak dengan pilihan jodoh dan juga kehidupan yang dia pilih, sehingga restu seorang ibu itu adalah segalanya bagi calon mempelai perempuan. tetapi pada akhirnya Turning Red, Crazy Rich Asian menunjukan juga bahwa orang tua pun bisa luluh dan mengasihi anaknya. Hal yang senada dengan film Arisan (2003), yang mana seorang ibu hanya ingin anaknya bahagia apalagi jika seorang ibu paham dia harus memberikan segalanya buat anak.

Cerita Malin Kundang dirasa seperti sebuah mekanisme hanya untuk membenarkan segala tindakan orang tua. Padahal sekarang sudah muncul istilah "tiger parents" atau meme internet "Asian dad" yang mana menunjukan absurditas kekuasaan orang tua yang manipulatif. Akhirya sebuah kejadian yag mengerikan pernah terjadi merangkum isu manipulasi dari filial peity tersebut yakni seorang perempuan (berkketuruan Vietnam yang tinggal di Kanada) yang akhirnya menghabisi nyawa orang tuanya dengan membentuk sandiwara perampokan (bersama pacarnya) untuk menutupi jejaknya. (Kasus pembunuhan berencana Jennifer Pan 2010)

Dongeng itu memang mengandung mitos, yang tujuannya melindungi nilai nilai luhur tradisi. Di tanah Jawa, pohon Bringin tidak memiliki nilai jual dan mungkin saja bisa ditebang. Hilangnya pohon Bringin membuat tanah itu kering, tidak indah atau pun rindang. Di tanah Jawa, konon katanya bahwa kedamaian pada pohon Bringin tidak hanya mendatangkan burung - burung tetapi makhluk-makhluk halus yang bisa marah jika rumahnya dihancurkan (atau ditebang). Mitos - mitos diciptakan untuk mewarisi nilai - nilai leluhur, dan dalam bentuk cerita untuk melindungi sebuah objek. Mitos makhluk halus di pohon Bringin dibuat agar pohon tersebut dilestarikan (tidak ditebang). Cerita Malin Kundang adalah mitos yang dibuat agar anak-anak berketurunan melayu bisa senantiasa berbakti kepada orang tua.

Seorang anak tidak perlu menjadi seperti orang tua - nya, mereka hanya dituntut untuk memohon maaf kepada orang tuanya kalau berbuat kesalahan. 

Maaf itu tidak perlu karena sudah pasti sewajarnya seorang orang tua memaafkan anaknya. Hal-hal itu sangatlah logis, relevan dan rasional. Ketika membuat cerita, hal-hal ini menjadi penting untuk dipahami untuk menumbuhkan nilai yg melainkan dari penciptaan otoritas yang manipulatif atau mekanistis.

Kembali ke bahasan maksud, di awal artikel pengungkapan ini terjadi ketika perlunya menulis kembali premis dongeng Malin Kundang dan diperlihatkan bahwa tokoh utamanya perlu memiliki harapan. Lalu, konflik utama Malin Kundang seolah-olah tidak diungkapkan karena dia tidak perlu bertolak belakang dengan ibunya. Sebuah cerita menceritakan apa keinginan tokoh dan diakhir cerita diperlihatkan apakah hal itu tercapai. Malin Kundang tidak mampu membahagiakan orang tuanya, tetapi kenapa dia yang ingin membahagiakan orang tuanya justru tidak mengakui ibunya ? Apakah ada konflik antara dia dan ibunya sehingga terjadi permasalahan untuk tidak mengakui ibunya ? Jika ada, kenapa tidak diperlihatkan dalam dongeng ? Inilah permasalahan yang muncul jika dongeng Malin Kundang perlu memiliki premis.

Akan tetapi Malin Kundang masih bisa menjadi sebuah cerita legedaris jika unsur ceritanya bisa dilengkapi dengan pemahaman yang organik. Sekarang dongeng Avenger dan juga Marvel Cinematic Universe lebih mudah dipahami daripada Mahabrata dan Ramayana, karena nilai nilai -nya muncul dengan lengkap, secara organik melainkan mekanis. 

Jika mitos itu telah diungkap maka nilai tradisi luhurnya pun bisa hilang bersama gugurnya mitos tersebut. Penting bagi pembuat cerita, pendongeng dan juga penulis film untuk kembali memformulasikan cerita-cerita ini untuk mudah dipahami dan juga memberikan makna-makna baru terutama persoalan berbakti kepada orang tua yang lebih lengkap sekaligus logis-rasional. Hal ini penting karena perlu ditumbuhkan kembali pemaknaan yang alami mengandung kemanusiaan, menyertakan unsur kewajaran melainkan nilai nilai yang diturunkan melalui otoritas tradisi belaka. 

Posting Komentar

0 Komentar