Catatan Pengajar | Attitude seorang penulis (hari ke 12)


Akhirnya sampai pada minggu ketiga pertemuan kita dalam Kelas Menulis Skenario 2022, dan ini menjadi sebuah catatan yang paling PENTING dalam belajar menuju profesi penulis. Saya memang sudah menurunkan ekspektasi saya dalam mengajar menulis dan ini adalah akumulasi dari pengalaman saya dalam mengajar menulis skenario dengan gratis. Hal ini terjadi serupa pada angkatan sebelumnya, saya tidak perlu menyalahkan siapapun. Ada dalam sebuah benak seorang penulis yang menunjukan persamaan satu sama lain yaitu sifat memberontaknya, dan karena itulah mereka ingin menulis. Seorang penulis adalah pemberontak, yang ingin merubah dunia dan ini adalah mutlak yang tumbuh di dalam setiap penulis. Tetapi dengan sikap itu, pemberontakan dalam dirinya dan juga pada struktur sering kali tidak terjadi sehingga dia selalu mencari celah untuk menciptakan cara untuk keluar dari struktur. Kebanyakan penulis memiliki kecendrungan untuk keluar dari struktur.

Hanya sedikit penulis yang mencari jalan untuk merubah struktur daripada keluar dari struktur, kebanyakan mereka mengalami kekalahan. Pada sebuah film yang saya tonton ada sebuah adegan yang menurut saya menjadi ironi dari artikel ini;

saya tidak tahu bagaimana saya mempercayai kredibilitas orang ini, dia mengaku penulis film tetapi tidak pernah membuat film, lalu pindah ke carolina dari LA dan mengajar film ?

Tidak semua penulis diberikan kesempatan untuk bisa menulis karyanya dalam bentuk film, dan ini adalah fakta. Mungkin sebagian dari penulis skenario akan lebih banyak bisa berkesempatan untuk menulis di TV. Akan tetapi, disipin dan juga komitmen ini adalah sebuah hal yang sulit dilakukan. beberapa waktu lalu ada artikel pada blog ini yang menuliskan "krisis penulis" sepertinya ini masih nyata, dengan beberapa tambahan argumentasi yaitu "krisis penulis yang berkualitas" karena sepertinya banyak calon penulis pemula tetapi mereka kurang bisa berkomitmen dan berdisiplin.

Pada kelas menulis skenario ini, saya menemukan banyak sekali indikasi bahwa komitmen penulis itu belum terbentuk karena pada umumnya mereka hanya melakukan "iseng-iseng berhadiah" bukan untuk dijadikan karir profesional. Banyak dari mereka yang masih sibuk dengan pekerjaanya sehari hari, juag tidak menunjukan sikap yang ingin terlibat dengan kepenulisan. Saya tidak mengatakan mereka tidak bisa menjadi penulis, hanya saja mereka cendrung keluar dari sistem pembelajaran kelas dan mencari cara yang lebih mudah untuk mau membuktikan diri sebagai penulis. Keluar dari kelas menulis untuk membuktikan diri dengan cara lain untuk diakui sebagai penulis itu sah sah saja.

"kalo lo merasa nulis itu ngga nyaman, ngga apa - apa...artinya lo sekarang tahu, lo bukan penulis" Salman Aristo

Banyak juga dari mereka, para peserta ajar yang belum bisa mengejar rutinitas seorang penulis dan ini sangatlah sulit untuk dicapai. karena dalam menulis, ada sebuah sumber inspirasi dan itu adalah cara menjadi kreatif. Hanya segelintir orang dan itu hanyalah orang orang yang praktis. Mengejar rutinitas ini bisa dilihat dari konsistensi para peserta ajar dalam menyelesaikan tugas mereka. Kadang untuk menulis premis saja diperlukan seminggu. Seorang peserta ajar bisa saja merasa bahwa hal itu tidak penting, atau tidak paham sebegimana pentingnya menulis premis itu.

"salah atau betul itu nanti, yang penting itu endurance" Franki Raden

Salah satu pemahaman yang mungkin masih melekat dalam diri seorang masyarakat awam terhadap kepenulisan adalah bahwa menulis itu sidejob dan tidak perlu serius dalam menulis, ini jelas sebuah kekeliran. Pandangan tersebut tidak pernah dikaji dan bahkan banyak yang merasa menjadi penulis itu mudah, cukup berkreasi saja. Padahal menjadi penulis, menjadi apapun itu butuh proses belajar yang memakan waktu dengan sikap yang fokus pada penyelesaikan tugas.

"andaikan semua tahu pelaku film itu mati/hidup-nya di film, dijamin Perfilman pasti bener!" anonymous

Posting Komentar

0 Komentar