Catatan Pengajar | Motivasi Penulis

 


Artikel ini adalah sebuah motivasi dengan cara yang berbeda, dimana saya tidak mendorong penulis dari sebuah landasan / alasan yang mekanis. Hal ini berkaitan dengan konsistensi seorang penulis untuk terus maju, terus menulis dan pada akhirnya menyelesaikan pekerjaan tulisnya. Istilah "mekanis" merujuk pada sifat mechanistic sebuah cara kerja yang menggunakan azas "mesin" dengan menggunakan standarisasi yang mana disesuaikan dengan waktu yang diberikan. Semisal dia, seorang penulis diberikan waktu untuk mengerjakan tulisannya maka harus diselesaikan bagaimanapun juga. Waktu itu biasanya disebut sebagai "deadline", dimana dia harus bisa memberikan hasilnya, dikenal dengan istilah "deliver".

"Berbahagia adalah menurunkan tingkat pengharapanan, menurunkan ekspektasi" 

Ketika sudah masuk ke dalam dunia kerja, tentu hal ini menjadi serius karena waktu yang ditentukan itu berkaitan dengan berbagai hal. Jika waktu yang diberikan tidak bisa dipatuhi maka jadwal produksi pun akan ikut mundur. Jadwal produksi itu terikat kontrak, seperti sewa alat, sewa tempat, catering dll sehingga kemunduran ini bisa berakibat fatal. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya disadari oleh seorang penulis pemula, dia merasa bahwa menulis itu harus menunggu mood. Dia tidak merasa menyelesaikan tulisannya itu penting, karena menulis itu adalah sampingan atau hobi semata.

Hal ini menjadi kontradiktif, karena menulis itu walau hobi juga harus mengikuti alur waktu. Hal ini dikaji dari bagaimana seseorang melakukan sesuatu dengan mengulang-ngulang sehingga mencapai hasil yang baik. Ada sebuah istilah "bisa karena tebiasa"... artinya seorang penulis yang handal itu telah mengalami penulisan yang berulang-ulang. Bagi seorang penulis yang lambat, yang tidak selesai dan menganggapnya sebagai hobi semata maka tidak mengalami pengulangan, atau mungkin mengalami pengulangan yang tidak sering.

Penulisan sebagai karya boleh saja menggunakan cara yang mana pendorongnya adalah organik, yakni azas alami dimana penciptaan yang bersumber pada nilai-nilai estetik yang membutuhkan waktu. Akan tetapi, organik pun pasti memiliki dan memerlukan batas waktu yang wajar. Menunda-nunda pekerjaan dengan alasan untuk menciptakan hasil yang baik namun pada sebenarnya menutupi kekurangan yakni kemalasannya atau keminderannya itu juga akan berakibat fatal.

"besok saya akan selesaikan tulisan saya dengan tuntas, tapi ketahui bahwa ini hanya janji manis"

Berikut adalah sebuah kondisi yang mana bisa dicarikan solusinya ketika menulis, denhan azas penciptaan:

  • Masalah: tidak begitu memahami teknik penulisan. Solusinya bisa mencari tahu atau bertanya kepada ahlinya
  • Masalah tidak ada yang membimbing. Solusinya bisa ikut dalam komunitas film dengan berbagi pengalaman.
  • Masalah waktunya sedikit karena sibuk kerja. Solusinya adalah menyicil tulisannya sedikit demi sedikit, hari demi hari dengan menentukan waktu dan hasil yang realistis.
  • Masalah ada kondisi yang tidak memungkinkan, sedih, berduka, tidak ada uang, tidak ada tempat yang nyaman. Solusinya memberikan toleransi dan moderasi akan tetapi kemudian tetap kembali pada jadwal dengan menyicil tulisan.

Kondisi-kondisi diatas sebenarnya memberikan sebuah cara yang sederhana agar tulisan itu bisa akhirnya selesai. Saya mendengar banyak sekali penulis yang tulisannya terbengkalai bahkan puluhan tahun. Hal ini dikarenakan oleh sebuah kondisi yang tidak realistis, namun anehnya yang dia langgar sendiri. Contohnya "besok saya akan selesaikan tulisan saya dengan tuntas, tapi kita tahu ini hanya janji manis"... ini jelas ketika besok datang dia tidak selesai dan semakin dia mengingat kegagalan itu, dimana tulisannya hanya diketik dua kalimat dia sehingga larut dalam kekecawaan. Anehnya, dia akan mengulang pola itu, dia terus melanggar aturan yang dia tentukan sendiri. "Saya akan selesaikan minggu ini" lalu seminggu itu terjadi hal-hal yang tidak dia harapkan lalu walaupun sudah tertulis 5 halaman dia masih kecewa. Pelanggaran itu tentu dengan konsekwensi walau ditentukan sendiri, dia akan semakin kecewa, semakin menggerus kepercayaan dirinya dan pada akhirnya meninggalkan hobinya demi menjaga ekspektasi dan menghindari ingatan akan kekecewaan tsb.

KEKECEWAAN itu melarut dalam relung jiwa penulis, hanya karena dia tidak menentukan sebuah waktu dan pencapaian yang realistis. Dia bisa aja berkata gini "besok saya mau buka tulisan saya dan membacanya dua halaman dulu saja melainkan menulis"... "besok saya mau menulis sehalaman saja" atau "minggu ini saya akan berusaha menulis sehalaman saja". Bandingkan dengan diatas yang mana dia sudah menulis 5 halaman tetapi tetap masih kecewa, dibandingkan hanya sehalaman saja namun bisa membahagiakan.

Menurunkan ekspektasi itu bisa dimakulmi sewajarnya, karena pada dasarnya kita semua masih dalam proses belajar. Kita pun harus sadar, bahwa kita belajar tiada henti artinya kapanpun kita bisa menentukan tujuan yang realistis daripada mencoba menaiki gunung lalu tidak bisa, lalu merasa gagal, lalu terus kecewa. Saya ingat bahwa banyak siswa membenci dan bahkan anti terhadap pelajaran tertentu hanya karena gurunya yang membuatnya seperti itu, galak, tidak nyaman, tidak membahagiakan. Pengalaman adalah guru terbaik, dan kita bisa belajar dengan cara yang nyaman, mengasihi diri sendiri dan pada saat yang sama masih bisa mencapai satu tahap dari waktu ke waktu... dan pada akhirnya selesai. Memiliki harapan yang rendah itu bukan dosa, dari pengalaman yang tidak menyenangkan itu kita tahu bahwa kebahagiaan itu menurunkan harapan, menurunkan ekspektasi

Semoga tulisan ini menjadi sebuah inspirasi, agar tulisan kalian selesai.

#semangat #menulisfilm  

Posting Komentar

0 Komentar