Hanya ada 4 jenis ending film

Pada saat-saat bersitirahat, makan siang dan juga menemui teman teman di sela-sela meeting, kami (para penulis) biasa membicarakan berbagai hal terkait pekerjaan kami. Proyek yang bervariasi, membuat saya ketemu dengan berbagai macam orang dari berbagai latar belakang. Satu hal yang membuat saya tertegun adalah bagaimana beberapa orang masih belum percaya prihal pola dalam cerita, bahwa semua cerita itu lahir dari struktur yang sama. Pernah ada yang bertanya "terus, ending film itu sama juga ngga? gimana kalau plot twist?" jawabannya adalah, iya memang semua ending film itu hanya ada 4 jenis kategorinya. Pada saat itu pun mereka kaget. Apalagi ketika saya jelaskan dan mereka mulai memahami ending, kesan mereka dan saya kutip "wah menakutkan banget yah". Ketika mengobrol mencari tahu mengapa itu horor bagi mereka, ternyata adalah pemahaman mereka tentang ketetapan (tidak bebas, seolah terpenjara dalam takdir ending). Akan tetapi yang lebih horor lagi adalah jika penulis naskah film memilih ending dengan tebak tebakan atau spekulasi. Karena pada sebuah cerita, dengan logikanya haruslah "nyambung". Jika "tidak nyambung" maka cerita itu menyebarkan ketidak-sambungan, atau sebuah absurditas kepada penonton.

Sebuah film lahir dari premis dan apapun premis ceritanya, entah itu adalah premis untuk genre cerita cinta, horor atau premis sci-fi sekalipun tetap mengikuti 4 jenis ending ini. Dasar logika dari munculnya ending ini berpusat pada karakter, dan itu adalah variasi dari kombinasi antara keinginan dan kebutuhan. Hanya saja, para penulis merasakan rumusan itu kurang dipahami akibat komplikasi istilah yang terjadi.

Untuk mempelajari membuat premis film lebih mendalam bisa membaca artikel Premis sederhana atau artikel Logline v.s. Premis, dan Tema

Jika kalian mau membaca rumus premis sederhana, maka yang perlu diperhatikan adalah keinginan. Dalam rumus aslinya, keinginan ini diartikan dari istilah desire yakni hasrat yang sebenarnya terdiri tidak hanya keinginan (wants) namun juga kebutuhan (needs). Pada rumus premis KKK, ternyata menggunakan istilah keinginan yang seharusnya adalah kebutuhan. Keinginan adalah sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan yang bersifat konkrit (manifest - outer journey), sedangkan kebutuhan berhubungan dengan pencapaian yang bersifat abstrak (latent - inner journey). Pada film yang menggunakan medium visual, tentu yang konkrit lah yang digunakan. Hal ini karena konkrit (bisa dilihat) sedangkan pada pemenuhan yang abstrak adalah pencarian puncak pemuasan psikologis (tidak bisa dilihat). Jadi secara umum, yang betul adalah menggunakan istilah desire daripada keinginan ataupun kebutuhan. Akan tetapi, konsep keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) tetap diperlukan karena kedua aspek ini digunakan untuk membangun ending yang tepat.

Selain belajar memahami premis, dua artikel berikut mendalami unsur karakter; Membahas karakter dan Membangun Karakter yg Kuat dalam Cerita

Setiap karakter memiliki keinginan dan kebutuhan, pada babak pertama diperlihatkan kemunculan keinginan (pada plot point 01) lalu pada saat masuk ke babak kedua disadari kebutuhan (yang bisa jadi sudah dimiliki sejak awal, namun terjadi secara unconcious). Berikut adalah penjelasan 4 jenis ending dalam film.

  1. Jika karakter mendapatkan keingian dan kebutuhan maka; happy ending
  2. Jika karakter hanya mendapatkan keingian namun tanpa kebutuhan maka;  ironic / tragic (bittersweet)
  3. Jika karakter tidak mendapatkan keingian dan hanya kebutuhan maka; meaningful (semi sweet)
  4. Jika karakter tidak mendapatkan keingian ataupun kebutuhan maka; sad ending

Berikut adalah penjelasannya.

  1. Happy ending berhubungan dengan flat arc, dimana (mungkin) bisa jadi karakter tidak berubah tetapi keteguhannya mengubah keadaan dimana mendapatkan apa yang dia inginkan dan butuhkan.
  2. Ironic / tragic berhubungan dengan falling arc, dimana karakter berubah karena dia telah mempelajari hal yang paling penting bahwa egoisme mengorbankan kewarasan untuk mendapatkan hasrat duniawi. 
  3. Meaningful berhubungan dengan positive arc, dimana karakter berubah karena dia telah mendapatkan pelajaran penting untuk terus berjuang walaupun dia terlihat tidak mendapatkan apa apa. 
  4. Sad ending adalah penggambaran corruption arc dimana karakter yang baik mengorbankan segalanya. Dia tidak mendapatkan apa yang diinginkan maupun yang dibutuhkan.

Pada happy ending, penonton mendapatkan kepuasan karena karakter utama mengalami kemenangan dan juga mengalami kebahagiaan. Pada ironic / tragic ending (bittersweet-ending) penonton merasakah sebuah kesedihan mendalam, karena mereka melihat sendiri karakter tidak mendapatkan apa-apa (walaupun keinginannya terpenuhi). Sebaliknya, penonton merasakan keganjalan ketika menonton meaningful ending karena walaupun penonton melihat sendiri kebutuhan nya terpenuhi mereka merasakan sesuatu yang tidak utuh (karena karakter tidak memenuhi keinginannya). Tragic dan ironic ending biasanya digunakan untuk membangun sequel film selanjutnya. Sad-ending adalah sebuah cerita kemunculan seorang anti-hero.

===akan diupdate pada tanggal 30 agustus ===

Posting Komentar

0 Komentar