Contoh Pembelajaran Penulisan: Analisis Premis #1


Kali ini kita diberikan sebuah premis dari pembaca yang akan kita analisis bersama dan perbaiki. Perlu diketahui bahwa dalam premis akan ada beberapa perubahan yang sangat prinsipil sehingga mungkin tidak sesuai dengan gambaran penulis dan bisa mengurangi ekspektasi penulis. Harus diketahui bahwa perubahan - perubahan ini dilakukan atas dasar rumus yang pernah disampaikan. Dalam hal ini sangat dianjurkan kepada penulis agar tetap membuka diri pada perubahan - perubahan ini.

Berikut adalah sebuah premis yang pernah diminta untuk dianalisis:

Rama seorang anak kecil. Tiba - tiba ingin memberikan hadiah ulang tahun kepada kakeknya yang pernah berceloteh suatu saat ingin melihat cucunya menjadi pengibar bendera di Istana. Rama bertekad mewujudkan-nya, mempersembahkan kepada kakeknya di ulangtahun yang ke 80, tapi dia mendapat kesulitan karna hanya kelas 4,5,dan 6 yang boleh menjadi pengibar bendera, ditambah dengan kesehatan kakeknya yang menurun. Yang membuatnya harus cepat - cepat mewujudkan-nya.


 Berikut ini adalah beberapa masukan yang dapat dijadikan bahan evaluasi untuk premis diatas;


1. Premis yang efektif itu maksimal 25 kata. Mari kita breakdown agar bisa disusun secara sistematis;

  • Karakter: Rama (utama) dan Kakek (pada premis ini menjadi tujuan).
  • Motif: Selalu diawali dengan kata "ingin" yakni memberikan hadiah ulang tahun....
  • Konflik: Kesehatan kakeknya menurun
Kata "memberikan" dirubah menjadi intangible (tidak bisa dilihat) sehingga bisa diefektifkan menjadi membanggakan (non-fisik), yang masih bersifat sama namun berbeda secara visual yaitu memiliki bentuk tangible (bisa dilihat) memberikan hadiah ulang tahun (fisik). Motif intangible ataupun tangible sebenarnya bisa dipilih salah satu (perkembangan dari needs dan wants) tergantung kebutuhan penulis saja. Disini mengapa kita akhirnya menggunakan intangible dikarenakan agar kalimat premis-nya lebih efektif. Sehingga berubah menjadi;

Rama yang ingin membanggakan kakeknya dengan menjadi pengibar bendera

2. Hingga disini ada beberapa rujukan yang bisa menjadi penguat cerita, yakni optimalisasi visual dan nilai jual. Antara lain terdapat pada unsur karakter; yakni dapat diganti dengan seorang perempuan karena karakter ini lebih menarik (ABG, Chic, Pemalu, Penakut dsb.) untuk contoh kali ini Kita akan menggunakan karakter "Perempuan Tomboi" Sehingga bisa dimodifikasi menjadi; Rima, remaja perempuan yang tomboi. Walaupun karakter kakek tidak bersifat subjektif karakternya bisa lebih diperkuat dengan membuat dia seorang nasionalis atau veteran sehingga menjadi;
Rima, remaja perempuan yang tomboy ingin membanggakan kakeknya seorang veteran dengan menjadi pengibar bendera.
Ingat rumus sederhana : "Somebody wants something badly and having bad time getting it". Kalaupun anda masih mau menggunakan karakter laki - laki, dia harus memiliki daya tarik. Bisa saja Rama, seorang pembalap liar, penggandrung tawuran, playboy dll. Pada akhirnya semua atribut itu harus menunjukan patos, atau penyakit yang mana sebuah kekurangan yang menghambat dirinya untuk mencapai needs dan wants.

3. Sampai titik ini kita harus memperhatikan hubungan antara karakter dan motif dengan merujuk pada pola “Wants something badly” artinya bila dia gagal untuk membanggakan maka taruhannya adalah fatal. Sehingga muncul pertanyaan "Mengapa Rima harus membanggakan kakeknya?". Dalam sebuah analogi kontradiksi* dapat diketahui secara pasti bahwa Rima selama ini tidak pernah membanggakan atau tidak pernah diberikan kesempatan untuk membanggakan kakeknya, atau kakeknya tidak pernah merasa bangga akan cucu - cucunya (atau mungkin alasan - alasan lain yang tidak terbatas cakupannya, anda tentukan yang sesuai). Kemungkinan ini sangat bervariasi dengan alasan yang sangat luas mulai dari;

Rima anak yang tidak baik di mata kakeknya, Rima anak yang prestasinya paling rendah atau bahkan ngga punya prestasi diantaranya cucu cucu-nya yang lain, atau Kakek yang merasa hilang kepercayaan kepada anak muda. Ingat! kemungkinan ini sangat luas jangan terpaku pada satu argumen saja. Semua itu bisa disampaikan nanti di sinopsis saja, untuk contoh kali ini kita akan meneruskan dengan fatalisme yang sederhana saja, yakni kesehatan kakeknya yang menurun sehingga menjadi;
Rima, remaja perempuan yang tomboi ingin membanggakan kakeknya seorang veteran dengan menjadi pengibar bendera ditengah kesehatannya yang semakin menurun akibat penyakit keras yang dideritanya.
Fatalisme disini artinya "membanggakan kakek" harus dilakukan dan tidak ada cara lain, dan mendorong karakter untuk terus maju.

4. Sangat dianjurkan kepada penulis untuk membuat daftar prioritas sehingga dia tahu mana yang harus disampaikan secara cerita dan mana yang harus muncul dalam visual. Kedua hal itu bisa saling bertolak belakang sehingga pada titik tertentu harus mengorbankan beberapa hal karena sifat pesan yang terlalu bermuatan sehingga sulit dicerna.

Demikianlah analisis premis yang bisa disampaikan. Bagaimana menurutmu? Silahkan mengajukan pertanyaan pada komentar dibawah ini. atau kika kalian memiliki premis yang ingin dianalisa dan dibahas melalui artikel, silahkan kirim melalui komentar dibawah ini ya! Memahami ide cerita film (premis dan logline) bisa dilengkapi dengan mempelajari "tema cerita" dengan membaca artikel Membedakan Tema Cerita, Ide dan Premis.

Note: *kontradiksi; analisis terbalik (reverse engineering), berlawanan atau bertolak belakang

Posting Komentar

2 Komentar

  1. saya coba balas pak hehehe

    1. apakah premis 25kata itu mengikat? artinya benar ada peraturan tertulis untuk itu?

    2. saya setuju nomor 5 pak, terkadang dalam menulis suka ada ide - ide baru yang membuat cerita itu terkadang bergeser dari tujuan awalnya. tapi bukankah penambahan konflik membuat cerita itu menjadi lebih seru dan hidup?? atau apakah terlalu banyak konflik membuat cerita itu jadi rumit sendiri??

    3. bagaimana kah cara membuat daftar prioritas?? untuk mengetahui mana yang harus disampaikan secara cerita dan mana yang harus muncul dalam visual??

    segitu dulu pak hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. apakah premis 25kata itu mengikat? artinya benar ada peraturan tertulis untuk itu? ==> tidak ada peraturan secara tertulis, 25 kata semacam pembatasan agar efektif. sophistication is simplicity.

      2. saya setuju nomor 5 pak, terkadang dalam menulis suka ada ide - ide baru yang membuat cerita itu terkadang bergeser dari tujuan awalnya. tapi bukankah penambahan konflik membuat cerita itu menjadi lebih seru dan hidup?? atau apakah terlalu banyak konflik membuat cerita itu jadi rumit sendiri?? ==> Konflik itu cukup satu saja dalam sebuah premis. ketika bercabang menjadi konflik kecil jadinya sebuah subplot. Masalah konflik ini terkait dengan pemahaman karakter dan bagaimana kita membuat karakter yg kuat karena cerita yg seru itu terletak di struktur-nya bukan pada di konfliknya itu sendiri atau pada intensitas atau jumlah konflik yang ada.

      3. bagaimana kah cara membuat daftar prioritas?? untuk mengetahui mana yang harus disampaikan secara cerita dan mana yang harus muncul dalam visual?? ==> Secara cerita penuturan struktur itu semuanya harus muncul. Prihal mana yg harus muncul, lebih penting (prioritas) adalah sesuai kebutuhan penulis. Adalah hal yang paling mendasar mengenai struktur tpi terkadang beberapa penulis sudah berfikir secara visual jadi boleh2 saja, mereka kemudian menyesuaikan plot berdasarkan kebutuhan visual. Dalam melakukan pemilahan prioritas ini. Seorang ahli bernama Trubby membuat apa yang disebut dengan "wish list" yaitu sebuah daftar yang berisi semua keinginan yang kita ingin tulis, dimunculkan dalam cerita, adegan yang menurut kita cocok, sampai kebutuhan visual yang menurut kita menarik. Kemudian setelah premis dan sinopsis berjalan kita bisa memilah mana yang penting, mana yang bisa dimasukan sesuai dengan struktur.

      untuk prihal struktur akan saya bahas pada blog selanjutnya, mohon kesabarannya.

      Hapus